Kemuliaan Para Pekerja

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Manusia terlahir di dunia ini dengan rezeki dan nasib yang berbeda-beda. Ada yang terlahir dari keluarga yang kaya raya serba berkecukupan. Adapula dari keluarga papa, yang untuk sekadar kebutuhan makan sehari-hari saja sudah merasa kesulitan.

Namun, akhirnya ketika manusia telah dewasa, pada umumnya semua akan dituntut untuk menjadi individu yang mandiri. Tak lagi menggantungkan hidupnya kepada orang tua. Mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih bagi mereka yang telah berkeluarga. Seorang kepala keluarga, berkewajiban untuk memberi nafkah kepada keluarganya.

Bahkan, adapula seseorang yang mesti menanggung kebutuhan beberapa generasi sekaligus. Kebutuhan dirinya, istri anaknya, dan juga orang tua yang mungkin sudah tak lagi bisa bekerja. Istilah zaman sekarang generasi sandwich.

Namun, bagaimanapun kerasnya hidup harus dijalani. Kita harus berjuang dan bekerja untuk mencari sesuatu yang halal dan agar terhindar dari perbuatan meminta-minta.  Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya." (QS Al-Baqarah ayat 172)

Untuk mengupayakan makanan ataupun sesuatu lainnya yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari, yang halal dan baik, maka perlu kita usahakan dengan cara yang halal dan baik pula. Maka carilah rezeki atau bekerjalah dengan cara yang baik sesuai dengan tuntunan agama. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Artinya, "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS At-Taubah ayat 105)

Begitulah, Allah senantiasa akan memperhatikan apa saja yang kita lakukan. Termasuk dalam kita bekerja. Maka, tidak ada pekerjaan yang hina di mata Allah, selama itu dilakukan dengan cara yang baik dan halal. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA:

  لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ

Artinya, "Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Allah juga akan memberikan balasan yang istimewa bagi para pekerja atau pencari nafkah untuk keluarganya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ

Artinya, “Sungguh, tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan semata-mata karena Allah, kecuali kamu akan mendapatkan pahala karenanya, bahkan makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR Al-Bukhari).

Sidang Jumat rahimakumullah,

Keterangan-keterangan yang telah disebutkan di atas merupakan landasan penting, bagi orang-orang yang bekerja ataupun para pencari nafkah. Namun, bagaimana bila posisi kita adalah, seorang pencari nafkah, yang sekaligus juga menjadi pemimpin/majikan dari sebuah usaha yang mempekerjakan banyak orang? Tentu, ada beberapa hal lain yang perlu untuk diperhatikan.


 

Pertama, perlakukanlah para pekerja tersebut dengan baik. Bayarkanlah upah mereka dengan tepat waktu. Jangan sampai terlalu lama menunda pembayaran upah, hingga digambarkan sampai mengering keringat para pekerja tersebut.

Seorang majikan yang melalaikan upah buruh yang telah menyelesaikan pekerjaannya, mendapat ancaman dari Allah swt, yakni akan menjadi musuh-Nya di Hari Kiamat kelak. Na'udzubillah min dzalik.


ثَلاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ

Artinya, “Ada tiga golongan orang yang kelak pada hari kiamat akan menjadi musuh-Ku. Barangsiapa menjadi musuh-Ku maka Aku memusuhinya. Pertama, seorang yang berjanji dengan menyebut nama-Ku, lalu dia ingkar (berkhianat). Kedua, seorang yang menjual orang merdeka (bukan budak) lalu memakan uang hasil penjualannya. Ketiga, seorang yang mempekerjakan seorang buruh tapi setelah menyelesaikan pekerjaannya orang tersebut tidak memberinya upah.” (HR. Ibnu Majah)

Kemudian, yang kedua perlakukanlah mereka dengan baik. Para karyawan atau buruh, mereka adalah orang-orang yang berjasa dalam usaha kita. Maka perhatikan kesejahteraan dan perlindungan mereka saat bekerja

Selain kedua hal tersebut, tentu masih banyak lagi hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan seorang pemimpin usaha/majikan kepada karyawan/buruh.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Untuk mengakhiri khutbah ini, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita semua rahmat, keberkahan, dan keselamatan. Serta menjauhkan kita dari segala penyakit dan musibah. Amin ya Rabbal Alamin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jiw dan Ruh

Amalan Setelah Ramadan

Jadikan Diri Pribadi Taat