Jiw dan Ruh
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Dalam Islam, jiwa dan ruh adalah satu istilah yang
biasa dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang memberikan kehidupan kepada tubuh
manusia. Jiwa juga merupakan sumber dari pikiran, perasaan, dan keinginan kita.
Di dalam diri kita, terdapat perang yang tak terlihat. Perang antara jiwa yang
ingin bebas dan hati yang ingin taat. Perang antara keinginan yang tak
terkendali dan kesadaran yang ingin mengendalikan.
Oleh karena hal tersebut, sebagai orang beriman,
kita harus menyadari bahwa jiwa yang beruntung adalah jiwa yang tenang, yang
ridha dan diridhai oleh Allah Ta'ala. sebagaimana telah difirmankan
oleh Allah Ta'ala:
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
Artinya: "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah
kepada Tuhan/Penciptamu dengan rela, senang dan disenangi-Nya. Masuklah ke
dalam tempat hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku".(QS. Al-Fajr.
Ayat 27-30)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Jiwa yang tenang adalah kunci kebahagiaan. Namun,
dalam kehidupan yang terasa cepat dan penuh tekanan ini, jiwa kita sering
terganggu oleh stres, kecemasan, dan kekhawatiran tentang masa depan, atau
bahkan masih ada yang terbelenggu dengan kilasan masa lalu yang tidak baik.
Maka kita perlu mengatur pola kehidupan kita khususnya pola berpikir
kita.
Ada kiat-kiat yang perlu kita perhatikan bersama untuk menenangkan jiwa kita,
Yang pertama adalah dengan bersyukur. Bersyukur bukan hanya tentang mengucapkan
kata-kata, tetapi tentang merasakan dari dalam hati. Ketika kita bersyukur,
kita dapat melihat keindahan dalam setiap kesulitan, kita dapat menemukan
hikmah dalam setiap kesalahan, dan kita dapat merasakan kedamaian dalam setiap tantangan.
Dalam kehidupan yang serba dipenuhi gengsi seperti saat ini, bersyukur adalah
obat yang sangat efektif untuk menenangkan jiwa. Dengan bersyukur, kita dapat
mengurangi stres, meningkatkan kesadaran diri, dan mencapai kebahagiaan yang
lebih dalam.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
ketenangan jiwa bisa didapatkan dengan tafakkur
dalam arti berfikir positif. Berpikir positif bukan hanya tentang mengabaikan
masalah, tapi tentang menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih optimis dan
percaya diri.
Kehidupan modern seringkali membuat kita merasa seperti sedang berada di tengah
badai. Tekanan, stres, dan kecemasan dapat membuat kita merasa kehilangan
kendali. Maka dengan berfikir positif dan optimis bisa menjadi kunci ketenangan
jiwa dalam menghadapi setiap situasi yang terjadi.
Dalam kitab Adab Ad-Dunya wa Ad-din Halaman 17 Imam
Mawardi meriwayatkan satu hadist nabi tentang betapa hebatnya pengaruh
berfikir.
وَرُوِيَ عَنْ
النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: مَا اكْتَسَبَ الْمَرْءُ مِثْلَ عَقْلٍ يَهْدِي صَاحِبَهُ
إلَى هُدًى، أَوْ يَرُدُّهُ عَنْ رَدًى
Artinya: "Tidak ada sesuatu yang lebih berharga
yang dapat diperoleh seseorang seperti akal yang membimbing pemiliknya menuju
petunjuk, atau menjauhkannya dari kesesatan."
Sabda Baginda nabi ini menekankan pentingnya akal
(berfikir) dalam membimbing seseorang menuju jalan yang benar dan menjauhkannya
dari kesalahan. Akal yang sehat dan bijak dapat membantu seseorang membuat
keputusan yang tepat dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Dengan begitu kita
bisa berharap memiliki jiwa yang tenang.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Semoga dengan kita istiqamah berusaha sekuat tenaga,
berdoa setulus hati meminta kepada Allah Ta'ala, Allah mengabulkan dan memberi
setiap cita-cita yang kita idam-idamkan. Demikian khutbah Jumat siang hari ini,
semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.
Komentar
Posting Komentar