Waktu Terus Berlalu
Hadirin
jamaah Jumat rahimakumullah
Kita perlu menyadari bahwa waktu ini terus berlalu dan tidak akan pernah
kembali. Pada kesempatan yang sama, sebetulnya porsi usia kita makin berkurang.
Itulah sebabnya penting sekali memanfaatkan waktu sebaik mungkin, lebih-lebih
tidak pernah melewatkannya, kecuali berikhtiar mempertebal keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt. Iman dan takwa adalah sebagai bekal terbaik kita di
dunia ini sebelum harus kembali kepada Sang Khaliq.
Ada satu maqalah mengenai
pentingnya tidak menyia-nyiakan waktu ini. Sekaligus menjadi pengingat penting
untuk kita semua.
لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتِيْ مَضَتْ
Artinya, "Tidak akan pernah kembali
hari-hari (waktu) yang telah berlalu." [Maqalah]
Ini adalah peringatan
bagi kita semua khususnya untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu terus
mengalir, umur terus berkurang. Melewatinya secara sia-sia tak akan dapat
terlunasi selamanya. Hari Jumat barangkali akan datang lagi pada minggu-minggu
berikutnya, namun Jumat hari ini dan yang sudah lewat tak akan pernah terulang
kembali. Itulah mengapa waktu diibaratkan seperti pedang; bila tak pandai
menggunakannya ia akan melukai pemiliknya.
Hadirin
jamaah Jumat rahimakumullah
Menyadari
tentang waktu yang tak akan pernah berulang, maka tidak ada pilihan lain
kecuali mengisinya dengan segala hal yang bermanfaat. Hidup ini sejatinya hanya
menunggu waktu, sementara kita tidak pernah tahu kapan waktu itu akan tiba.
Yang pasti usia kita terus berkurang terkikis oleh pergantian waktu. Oleh
karena itu, di sisa usia yang diberikan Allah ini mari kita gunakan
sebaik-baiknya dengan amal saleh. Kematian tidak pernah memihak dan berkompromi
terhadap usia. Anak-anak, tua, muda bila waktunya sudah tiba, kita tidak bisa
berbuat apa-apa.
Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabat perihal paling baik dan
buruknya manusia. Kemudian Nabi menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah mereka
yang oleh Allah diberikan umur panjang, kemudian digunakan untuk melakukan
kebaikan. Sebaliknya, paling buruk manusia adalah mereka yang diberikan umur
yang panjang, namun panjangnya umur tersebut digunakan untuk keburukan. Hadits
ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam karyanya Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif, nabi bersabda:
وَفِي التِّرْمِذِي عَنْهُ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سُئِلَ: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ. قِيْلَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَ سَاءَ عَمَلُهُ
Artinya, “Dalam
riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Rasulullah saw bahwa ia pernah ditanya: siapakah
paling baiknya manusia? Nabi menjawab: orang yang dikaruniai umur panjang dan
baik (benar) perbuatannya. Ditanyakan lagi: Dan siapakah paling jeleknya
manusia? Nabi menjawab: orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya.”
Dari hadits ini dapat dipahami, bahwa umur
yang panjang tidak hanya menjadi nikmat dari Allah swt, tetapi juga menjadi
penentu kebaikan dan keburukan manusia. Mereka yang dikaruniai umur panjang,
kemudian umur tersebut digunakan untuk mengerjakan kebaikan, memperbanyak
ibadah, dan terus konsisten dalam ketaatan, maka termasuk dalam golongan paling
baiknya manusia. Pasalnya mereka telah dikaruniai umur panjang dan berhasil
menggunakannya untuk kebaikan.
Begitu juga sebaliknya, orang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah namun
tidak ada tambahan kebaikan sama sekali dalam hidupnya, justru selalu melakukan
keburukan, kemaksiatan, melanggar perintah-perintah Allah, dan tidak pernah
menunaikan kewajiban-Nya, maka orang ini termasuk dalam golongan orang-orang
yang buruk.
Oleh karena itu, marilah jadikan setiap waktu yang terus berlalu ini sebagai
momentum untuk merenungi hakikat umur yang telah diberikan oleh Allah swt.
Sudahkah tambahan umur juga menjadi perantara untuk menambah kebaikan, menambah
ibadah dan ketaatan? Atau justru sebaliknya, kemaksiatan terus bertambah dan
kejelekan terus dilakukan.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam salah satu
karyanya mengatakan, bahwa bertambahnya umur dan kebaikan menjadi barometer
keimanan seseorang. Karena orang-orang yang beriman akan terus bertambah
kebaikannya seiring dengan bertambahnya umur. Dalam kitab Lathaiful Ma’arif dijelaskan:
فَالْمُؤْمِنُ الْقَائِمُ بِشُرُوْطِ الْإِيْمَانِ لَا يَزْدَادُ بِطُوْلِ عُمْرِهِ إِلاَّ خَيْرًا وَمَنْ كَانَ كَذَلِكَ فَالْحَيَاةُ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الْمَوْتِ
Artinya, “Maka
orang beriman yang menunaikan semua ketentuan-ketentuan iman, tidak akan
bertambah dari panjangnya umur selain (juga bertambah) kebaikan. Dan, siapa
saja yang bisa seperti ini, maka hidup (di dunia) lebih baik baginya daripada
mati.” (Ibnu Rajab, Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif,
[Kairo, Darul Hadits: 2002], halaman 302).
Karena itu, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita semua agar senantiasa berdoa
kepada Allah, menjadikan hidup di dunia sebagai ajang untuk selalu menambah
kebaikan. Adapun lafal doanya adalah sebagai berikut:
اللهم اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Artinya, “Ya Allah, jadikanlah
kehidupan ini sebagai nilai tambah bagiku dalam semua kebaikan, dan jadikanlah
kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala kejahatan.” (HR Muslim,
dalam kitab Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif, halaman
303).
Demikian khutbah Jumat singkat ini. Semoga bisa menjadi perantara untuk memacu
diri meningkatkan kebaikan, ketaatan, dan menjauhi larangan-larangan Allah swt.
Mari kita isi waktu demi waktu yang terus berjalan ini dengan hal-hal yang
bermanfaat, sebagai bagian dari ikhtiar kita mendekatkan diri kepada Allah.
Komentar
Posting Komentar