Tawadhu

 

Istilah tawadhu sudah tidak asing di kalangan umat Muslim Indonesia, terutama di kalangan santri. Para ulama telah mengajarkan dan menganjurkan agar memiliki sikap tawadhu dalan kehidupan sehari-hari.

Ahmad Muhammad Al-Hufy dalam bukunya Akhlak Nabi Muhammad Saw menerangkan tawadhu adalah sikap merendah diri tanpa menghinakan diri atau menurunkan harga diri sehingga orang lain berani meremehkan. Sikap tawadhu tak akan menjadikan orang rendah diri.

Bahkan sebaliknya, tawadhu dapat membawa seseorang mendapatkan penghormatan dari orang lain. Toleransi dan saling menghormati akan tumbuh dengan sikap tawadhu.

Pun sebaliknya, takabur sebagai lawan dari tawadhu akan menimbulkan kedengkian dan selalu merasa benar yang dapat memicu ketidakharmonisan antarsesama. Rasulullah Saw adalah sosok manusia paling sempurna untuk dijadikan teladan tentang sikap tawaduk. Dan sikap tawadhunya itu tak mengurangi kewibawaan Rasulullah di mata umatnya.

 

Sebagaimana yang pernah Nabi SAW lakukan, yakni memberikan makan dan minum sendiri untanya tanpa berat hati. Hal tersebut diutarakan oleh Abu Sa'id al-Khudri. Selain itu, Rasulullah juga tidak malu menyapu halaman rumahnya sendiri dan makan bersama dengan pembantunya.

Bagi laki-laki yang sudah berkeluarga, patut menjadikan Rasulullah sebagai contoh. Rasulullah tidak malu pergi ke pasar untuk membeli keperluan rumah tangga dan membawanya barang tersebut sendiri.

Ia juga tidak segan berjabat tangan dan menyapa terlebih dahulu orang lain baik kaya, fakir maupun miskin. Sikap tawadhu tersebut menunjukkan hati Rasulullah yang sangat mulia.

Maka, menjauhi takabur dan bersikap tawadhu sangat dianjurkan oleh agama. Sebab takabur sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

Allah berfirman dalam surah al araf ayat 146

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ

 

Artinya "Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.

 

 

Firman lain Allah juga mengutuk orang-orang yang takabur dalam surah al mukmin ayat 35,

 

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ ۖ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا ۚ كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

"(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jiw dan Ruh

Amalan Setelah Ramadan

Jadikan Diri Pribadi Taat