Isra' Mi'raj
Para ulama saling berbeda pendapat
mengenai perjalanan peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, apakah jasad atau
hanya roh beliau saja yang pergi?
Salah satu ayat Alquran yang menguak
tentang kisah Isra Miraj adalah Surat Al Isra ayat 1.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ
بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي
بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid
Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Mahamendengar lagi Mahamengetahui.”
Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan,
ayat ini tidak menjelaskan secara terperinci apakah Nabi Muhammad Isra dengan
roh dan jasadnya, ataukah rohnya saja.
Itulah sebabnya para mufasir berbeda
pendapat mengenai hal tersebut. Mayoritas mereka berpendapat bahwa Isra
dilakukan dengan roh dan jasad dalam keadaan sadar, bukan dalam keadaan tidur.
Mereka itu mengajukan beberapa alasan untuk menguatkan pendapatnya di
antaranya:
1. Kata subhana dalam ayat 1 Surat Al Isr
menunjukkan adanya peristiwa yang hebat. Jika Nabi di-isra-man dalam keadaan
tidur, tidak perlu diungkapkan dengan meng-gunakan ayat yang didahului dengan
tasbih
2. Seandainya Isra itu dilakukan dalam
keadaan tidur, tentulah orang Quraisy tidak dengan serta merta mendustakannya.
Banyaknya orang Muslim yang murtad kembali karena peristiwa Isra menunjukkan
bahwa peristiwa itu bukanlah hal yang biasa.
Kata-kata Ummu Hani yang melarang Nabi
menceritakan kepada siapapun pengalaman-pengalaman yang dialami ketika Isra
agar mereka tidak menganggap Nabi SAW berdusta, juga menguatkan bahwa Isra itu
dilakukan Nabi dengan roh dan jasadnya.
Peristiwa ini yang menyebabkan Sayyidina
Abu Bakar diberi gelar as-Siddiq karena
dia membenarkan Nabi, dengan cepat dan tanpa ragu, ber-Isra dengan roh dan
jasadnya, sedangkan orang-orang lain berat menerimanya
3. Firman Allah SWT yang menggunakan
kata bi’abdihi menunjukkan
bahwa Nabi Isra dengan roh dan jasad karena kata seorang hamba mengacu pada
kesatuan jasad dan roh.
4. Perkataan Ibnu Abbas bahwa orang-orang
Arab menggunakan kata ru’ya dalam
arti penglihatan mata, maka kata ru’ya yang
tersebut dalam firman Allah SWT Surat Al Isra ayat 17 berikut ini mesti
dipahami sebagai penglihatan dengan mata.
وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِيْٓ
اَرَيْنٰكَ اِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ
Yang artinya, "Dan Kami tidak
menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia.”
5. Yang diperlihatkan kepada Nabi waktu
Isra dan Miraj adalah penglihatan mata yang mungkin terjadi karena kecepatan
yang serupa telah dibuktikan oleh manusia dengan teknologi modern.
Semntara itu, beberapa mufassir yang lain
berpendapat bahwa Isra dilakukan Nabi dengan rohnya saja.
Mereka ini menguatkan pendapatnya dengan
perkataan Mu’awiyah bin Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isra Nabi Muhammad
SAW beliau menjawab:
كَانَ
رُؤْيَا مِنَ اللّٰهِ صَادِقَةً...
Yang artinya, "Isra Nabi itu adalah
mimpi yang benar yang datangnya dari Allah."
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Isra
hanya dilakukan dengan roh saja dinilai lemah. Sebab sanad hadits yang dijadikan
hujjah atau pegangan tidak jelas
Komentar
Posting Komentar