Introspeksi Diri
Cobalah kita bermuhasabah sejenak, bertafakur dan
introspeksi, tanyakan kepada diri masing-masing, apakah sepanjang tahun ini
amal ibadah kita lebih banyak jika dibandingkan dengan amal keburukan dan dosa
kita? Jika ternyata kebaikan lebih sering kita kerjakan dibandingkan dengan
keburukan, maka sudah seharusnya kita semua bersyukur.
Namun, apakah sebaliknya, keburukan-keburukan kita justru
lebih banyak daripada kebaikan yang telah kita kerjakan?! Waspadalah, wahai
saudara-saudara seiman. Sebab, apabila dalam waktu dekat malaikat maut datang
mencabut nyawa, sedangkan kita belum bertobat, memohon ampun kepada Allah, maka
kita pasti akan menyesal selamanya.
Kenapa demikian? Allah ta’ala dalam Al-Qur’an telah
memberikan gambaran, betapa menyedihkan orang-orang yang belum sempat bertobat,
akan tetapi justru ajalnya datang menjemput terlebih dahulu dan mendapati bahwa
pintu tobat telah ditutup rapat-rapat. Allah berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ
لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ
قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ
اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
Artinya: “Tidaklah tobat itu (diterima
Allah) bagi orang-orang yang melakukan keburukan sehingga apabila datang ajal
kepada seorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar
bertobat sekarang.” Tidak (pula) bagi orang-orang yang meninggal dunia,
sementara mereka di dalam kekufuran. Telah Kami sediakan azab yang sangat pedih
bagi mereka.” (QS. An-Nisa [4]: 18)
Al-Baghawi
dalam tafsirnya, Ma’alimuttanzil fi Tafsiril Qur’an, menjelaskan bahwa ayat
tersebut menegaskan, kalau para pendosa yang terlambat bertobat dan memohon
ampun kepada Allah, maka tobatnya tidak akan diterima. Terlambat dalam konteks
ayat tersebut yakni ketika dirinya berada di ambang maut, ketika sakaratul maut
mengintai di balik takdir yang maha kuasa.
Sehingga,
walaupun seseorang berkata, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Akan tetapi
dirinya sudah dalam kondisi sakaratul maut, maka tobatnya sia-sia. Hal inilah
yang akan membuat dirinya menyesal selamanya. Sebab, apabila waktu tersebut
telah tiba pada diri manusia, Al-Baghawi menegaskan, bahwa yang tidak beriman
tidak akan diterima keimanannya, begitupun yang muslim dan terus menerus
melakukan dosa hingga ajal menjelang, tidak akan diterima tobatnya.
Jama’ah
shalat Jum’at yang dirahmati oleh Allah Oleh karena itu, mari kita jadikan
momentum penghujung tahun ini sebagai sarana untuk segera bermuhasabah, bertobat
dan memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sebab, jangan sampai gara-gara
terlambat bertobat, kita justru menjadi insan yang menyesal
selama-lamanya. Dalam firman Allah yang
lain, bahwasanya Dia memerintakan supaya kita orang-orang yang beriman untuk senantiasa
bertobat agar kita menjadi orang yang beruntung. Allah ta'ala berfirman:
وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: “Bertobatlah kamu semua
kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur
[24]: 31)
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati oleh Allah ta’ala
Tentu saja,
agar tobat kita diterima oleh Allah ta'ala, maka kita perlu memperhatikan
syarat-syarat sah bertobat. Jika dosa menyangkut hubungan sesama manusia, maka
salah satu cara yang harus kita penuhi adalah memohon maaf dan keridhaan atas
apa yang telah kita lakukan kepada mereka yang telah kita zalimi, serta
menyesali perbuatan kita. Begitu juga yang menyangkut hubungan kita kepada
Allah swt, kita harus mohon ampun, menyesal dan bertekad tidak mengulangi
perbuatan dosa kita di masa mendatang.
Sebagaimana
hal ini dikemukakan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah:
“Adapun
syarat tobat itu ada tiga: Pertama, menyesali perbuatan salah yang telah
dilakukan, hal ini berdasarkan hadits Rasulullah, ‘Menyesal atas kesalahan
adalah tobat’. Tanda dari penyesalan adalah kelembutan hati dan berderainya air
mata. Karenanya Rasulullah saw mengatakan, ‘Berkumpullah kalian bersama orang
yang bertobat, sebab hati mereka lembut’. Kedua, meninggalkan segala kesalaha
di mana pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji dan selalu berusaha tidak kembali
pada dosa dan kesalahan.”
Komentar
Posting Komentar