Hari-hari Terakhir Bulan Ramadan
Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Pada Jumat terakhir
di bulan Ramadhan ini, khatib mengajak jamaah dan juga diri khatib pribadi
untuk senantiasa menjaga serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. Takwa
sebagaimana yang banyak dijelaskan oleh para ulama, yaitu menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-larangan yang ditetapkan oleh-Nya.
Semoga dengan ketakwaan yang diupayakan di dalam kehidupan
yang kita jalani, akan membawa kita kepada kemudahan dan jalan keluar bagi setiap
problematika kehidupan serta memberikan kita syafaat dan menjadi penolong di
hari perhitungan kelak. Amiin.
Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah
Khatib berharap agar pribadi kita semua dapat memanfaatkan 10 hari terakhir
bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, dengan penuh ketekunan dalam
beribadah kepada Allah serta memperbanyak amalan yang dapat menjadikan kita
sebagai hamba yang diampuni oleh-Nya berkat hadirnya bulan Ramadhan.
Banyak sekali amalan yang dapat dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan dan khatib mengimbau agar waktu berharga ini jangan terlewat begitu
saja. Di antara amalan-amalan utama yang dapat dikerjakan adalah memperbanyak
i’tikaf di masjid pada malam hari. Disebutkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ
اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ
رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Artinya, “Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau
berkata, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan [dan kebiasaan ini berlanjut hingga] beliau wafat. Lalu
istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat." (HR. Bukhari).
Kebiasaan Rasulullah saw yang demikian juga merupakan bentuk upaya dan usaha
beliau dalam menghidupkan hari-hari terakhir di malam bulan Ramadhan. Tingkat
upaya dalam menghidupkan malam ala Rasulullah saw kian menuju akhir Ramadhan
kian tinggi semangatnya dalam beribadah. Disebutkan dalam sebuah hadits:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ
الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ
Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi
kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)
Al-Munawi dalam Faydhul Qadir menjelaskan perihal
upaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sepuluh hari terakhir bukan
sekadar bangun malam saja, akan tetapi mengisinya dengan ibadah yang lebih giat
daripada malam-malam lainnya (Al-Munawi, Faydhul Qadir, [Mesir: al-Maktabah
at-Tijjariyyah, 1356], jilid V, hal. 203).
Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak hanya beribadah sendirian, akan tetapi beliau mengajak keluarganya untuk
menghidupan malam-malam terakhir di bulan Ramadhan. Keterangan ini sebagaimana
disampaikan oleh Zainab binti Salamah, istri Rasulullah:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا بَقِيَ مِنْ رَمَضَانَ عَشْرَةُ أَيَّامٍ يَدَعُ أَحَدًا مِنْ أَهْلِهِ يُطِيقُ
الْقِيَامَ إِلَّا أَقَامَهُ
Artinya, "Nabi Muhammad saw, ketika 10 hari
terakhir bulan Ramadhan tiba, beliau tidak pernah membiarkan anggota
keluarganya yang mampu untuk melakukan salat malam (qiyamul lail) untuk
meninggalkannya. Beliau selalu mengajak mereka untuk bangun dan shalat."
(Riwayat yang disampaikan oleh Zainab binti Salamah, dikutip oleh Ibnu hajar
al-‘Asqallani dalam Fathul Bari) (Ibnu Hajar al-‘Asqallani, Fathul Bari, [Beirut:
Darul Ma’rifah, 1379], jilid IV, hal. 269).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Selain menghidupkan malam-malam hari di sisa bulan
suci Ramadhan, kita juga dapat melengkapi ibadah-ibadah individual kita seperti
shalat, puasa dan i’tikaf dengan ibadah-ibadah sosial. Bulan Ramadhan menjadi
momen penting bagi kita untuk berbuat baik kepada orang-orang di sekitar kita
semua. Berbuat baik di bulan Ramadhan
dapat diimplementasikan salah satunya dengan berbagi dan bersedekah, khususnya
kepada mereka yang membutuhkan. Tentunya sedekah-sedekah di sini bukanlah
zakat, sebab zakat sudah menjadi kewajiban bagi yang mampu melakukannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ اَنَسٍ قِيْلَ يَارَسُولَ اللهِ اَيُّ الصَّدَقَةِ
اَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِى رَمَضَانَ
Artinya, “Diriwayatkan dari Anas, ada yang bertanya kepada
Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama?’ Beliau
menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadhan’.” (HR At-Tirmidzi).
Berangkat dari hadits tersebut, sebagian ulama menyimpulkan bahwa sedekah
merupakan amalan utama di bulan Ramadhan, bahkan pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan amalan mulia ini disunnahkan untuk dikerjakan.
وَيُسَنُّ الإِكْثَارُ
مِنَ الصَّدَقَةِ
فِي رَمَضَانَ
لَا سِيَّمَا
فِي عَشْرِهِ
الْأَوَاخِرِ
Artinya, “Disunnahkan untuk memperbanyak sedekah pada bulan Ramadhan, terlebih
pada 10 hari terakhir.” (Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut: Darul
Fikr, t.t.], jilid I, halaman 183).
Masyiral Muslimin rahimakumullah,
Penjelasan yang telah disampaikan oleh khatib
kiranya dapat memotivasi kita semua untuk memaksimalkan hari-hari terakhir pada
bulan Ramadhan agar kita semua mendapatkan keutamaannya. Jangan sampai satu
hari pun terlewat, sedangkan kita belum beramal sama sekali. ‘Abdullah bin
Mas’ud pernah berkata:
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فِيهِ أَجَلِي، وَلَمْ يَزِدْ فِيهِ عَمَلِي
Artinya, “Aku tidak menyesali sesuatu pun selain hari di mana matahari
terbenam, di mana umurku berkurang sedangkan amalku tidak bertambah.” (Yusuf
‘Abdul Hamid al-Mursyidi, al-Mawsu’ah fi Tsawabil ‘Amalish Shalih, [Kairo: Dar
el-Kalema, 2011], jilid I, hal. 15).
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan pada siang hari Jumat yang penuh
berkah ini. Semoga kita semua dapat memanfaatkan hari yang tersisa di bulan
suci Ramadhan dengan sangat baik, mudah-mudahan amal ibadah kita diterima dan
kita mendapatkan malam lailatul qadar.
Komentar
Posting Komentar