Berakhirnya Ramadhan

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Beberapa hari lagi bulan Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan jejak kenangan ibadah dan kebaikan yang telah kita jalani selama sebulan penuh. Namun, jangan sampai kepergiannya juga menghapus kebiasaan baik yang telah kita bangun selama ini. Shalat yang kita jaga, tilawah yang kita rutinkan, sedekah yang kita biasakan, semua itu jangan dibiarkan pergi bersama berlalunya bulan yang mulia ini. Sebab Ramadhan tidak hanya sekadar tamu yang datang dan pergi, tetapi ia adalah madrasah yang mendidik kita untuk terus berbuat baik sepanjang tahun.

 

Jika selama bulan Ramadhan ini kita telah berusaha menjaga lisan dari membicarakan orang lain, menghindari adu domba, menjauhkan diri dari kebohongan, menundukkan pandangan agar terhindar dari syahwat, dan tidak mengucapkan sumpah palsu, dengan tujuan agar kita tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga, namun juga meraih pahala dan keutamaan puasa, sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits, Rasulullah saw bersabda:

 

  خَمْسٌ يُفطِرْنَ الصَّائِمَ: الغِيْبَةُ، والنَّمِيْمَةُ، وَالْكَذِبُ، وَالنَّظْرُ بِالشَّهْوَةِ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ

 

Artinya, “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa, yaitu: (1) membicarakan orang lain; (2) mengadu domba; (3) berbohong; (4) melihat dengan syahwat; dan (5) sumpah palsu”. (HR Ad-Dailami).

Jika selama Ramadhan kita telah berusaha menjaga lisan, hati, dan perbuatan, maka setelah Ramadhan pun kita harus tetap menjaganya. Jangan biarkan kebiasaan baik ini berhenti seiring berlalunya bulan mulia ini. Justru, inilah saatnya bagi kita untuk membuktikan bahwa ibadah dan pengendalian diri yang telah kita latih selama sebulan penuh tidak hanya sekadar rutinitas sementara, tetapi bekal untuk hari-hari dan bulan-bulan berikutnya.

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Imam Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma’arif, jilid I, halaman 244, mengisahkan bahwa suatu ketika, seseorang berkata kepada Bisyr al-Hafi, “Ada sekelompok orang yang begitu giat beribadah dan bersungguh-sungguh hanya di bulan Ramadhan. Mereka memperbanyak shalat, membaca Al-Qur'an, serta melakukan berbagai amal kebaikan, tetapi setelah Ramadhan berakhir, semangat itu perlahan menghilang.”

Mendengar hal itu, Bisyr berkata dengan tegas: Betapa buruknya mereka, yang hanya mengenal hak Allah di bulan Ramadhan saja. Seolah-olah Allah hanya berhak disembah dalam satu bulan, sementara di bulan lainnya mereka lalai. Padahal, orang yang benar-benar saleh adalah mereka yang terus beribadah dan bersungguh-sungguh sepanjang tahun, bukan hanya ketika Ramadhan tiba,

 

 

  قِيْلَ لِبِشْرٍ: إِنَّ قَوْمًا يَتَعَبَّدُوْنَ وَيَجْتَهِدُوْنَ فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: بِئْسَ الْقَوْم لاَ يَعْرِفُوْنَ للهِ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَيَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا

Artinya, “Dikatakan kepada Bisyr al-Hafi: Sungguh ada suatu kaum yang rajin beribadah dan bersungguh-sungguh hanya di bulan Ramadhan. Maka ia berkata: Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang hanya mengenal hak Allah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang saleh adalah orang yang beribadah dan bersungguh-sungguh sepanjang tahun.”

 

Oleh sebab itu, mari kita jadikan hari-hari setelah Ramadhan nanti sebagai kelanjutan dari apa yang telah kita mulai dan kita jalani selama bulan mulia ini. Tetaplah menjaga semangat ibadah, memperkuat hubungan dengan Allah, dan menanamkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, hakikat keberhasilan Ramadhan tidak hanya perihal bagaimana kita menjalaninya, namun bagaimana kita tetap istiqamah setelahnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Semoga khutbah ini membawa berkah dan manfaat bagi kita semua serta menjadi pengingat untuk terus menjaga semangat ibadah dan ketakwaan, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang kehidupan. Aamin ya Rabbal alamin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jiw dan Ruh

Amalan Setelah Ramadan

Jadikan Diri Pribadi Taat