Kisah Qorun
Jamaah
Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada
Allah swt atas segala karunia dan rahmatnya yang senantiasa diberikan kepada
kepada hamba-hambaNya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda Rasulullah
saw. Sumber keteladanan, manusia yang paling mulia di muka bumi ini.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Dua pertiga Al-Qur'an berisi kisah-kisah umat
terdahulu untuk menjadi iktibar bagi umat kemudian. Ada kisah yang sangat
terkenal, yaitu kisah Qarun, seorang yang dianugerahi nikmat kemudian
menjaid kufur. Allah swt berfirman:
إِنَّ قارُونَ كانَ مِنْ قَوْمِ مُوسى فَبَغى عَلَيْهِمْ وَآتَيْناهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفاتِحَهُ لَتَنُوأُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
Artinya: "Sesungguhnya Qarun adalah termasuk
kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat." (QS. Al-Qashash: 76).
Awalnya ia adalah pengikut Nabiyullah Musa, tidak ada harta apalagi kekuatan.
Selanjutnya Allah membukakan pintu rezeki kepadanya berupa harta yang melimpah.
Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita betapa kemudian Qarun memisahkan diri
dari pengikut Musa. Redaksi ayatnya kemudian memposisikan ia sejajar bersama
Firaun dan Hamman. Allah swt berfirman:
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ
فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
Artinya: "Dan sesungguhnya Musa telah datang
kepada mereka (Qarun, Firaun, dan Haman) dengan membawa keterangan-keterangan
yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah
mereka luput dari kehancuran'' (QS Al 'Ankabut: 39).
Selanjutnya Qarun pasca menjadi kaya berubah total
180 derajat. Kawan-kawan dekatnya ia jauhi, bahkan ia sudah melupakan
Nabiyullah Musa as. Ia telah menjadi hamba yang tidak lagi bersyukur akan
nikmat Allah swt. Allah swt berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيددٌ
Artinya: ''Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'' (QS Ibrahim: 7).
Al-Qur'an ingin supaya kita semua belajar dari kisah
Qarun, seorang yang Allah anugerahi nikmat kemudian lupa akan semua.
Kecongkakannya telah membinasakan dirinya dan menjadi semena-mena kepada yang
lemah. Padahal sifat ini bisa membahayakan dan menjatuhkan seseorang ke jurang
kehancuran. Bahkan kemudian, Qarun menjual dirinya kepada penguasa yang bernama
Firaun, agar membantu kekuasaan Firaun dengan hartanya. Begitu lezat ia berbuat
zalim dan sombong sampai kemudian tibalah masanya Allah menghancurkan dia dan
seluruh hartanya dalam sekejap. Allah swt berfirman:
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ
يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
Artinya: "Maka Kami benamkanlah Qarun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (diri),” (QS. Al-Qashash: 81).
Kisah Qarun menjadi iktibar kepada umat Islam saat
ini, adakah diri kita berubah sesudah Allah memberi nikmat yang luas, berupa
kekayaan, kekuasaan, istri dan anak?. Apakah kita masih tetap sebagai seorang
yang dulunya rajin beribadah, mencium tangan orang tua, bertemu dan menyapa
sahabat-sahabat seperjuangan, ataukah kita saat ini tak lagi mempraktikkan laku
itu?. Maka jangan-jangan sifat Qarun sudah bersemayam dalam hati kita.
Naudzubillah min dzalik Betapa banyak sekarang fenomena perceraian, di
mana seorang suami berubah sikapnya manakala harta dan kuasanya bertambah. Ia
lupa diri dengan berselingkuh, ia lupa jika keberhasilannya juga atas dorongan
dan dukungan sang istri. Terjadilah konflik rumah tangga yang berakhir dengan
kehancuran dan air mata.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Orang beriman tak pernah merasa goyah dan berubah
baik dia berstatus sebagai seorang miskin maupun kaya. Punya jabatan atau
tidak, seorang mukmin tetaplah menjadi mukmin yang mempunyai sifat rendah hati
kepada sesama, penyayang, murah hari, pemaaf, saling menolong serta menjadi teladan
bagi siapapun. Akhlak ini yang sesungguhnya yang dicontohkan Rasulullah
kepada kita sebagai umatnya. Begitupun ketika dunia Islam dimasuki dengan
teknologi dan budaya yang luar biasa. Seorang Mukmin tidak akan berubah, tidak
akan membenamkan diri dalam perubahan negatif. Sebaliknya, seorang mukmin akan
memanfaatkan perubahan-perubahan dunia untuk kemajuan agamanya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Sebagai penutup khutbah ini, kita diingatkan kembali
kepada khalifah Bani Umayah, Umar bin Abdul Aziz. Menjelang wafatnya, ia
bacakan satu ayat yang menyadarkan diri kita akan hakikat kehidupan kita di
dunia ini (Ibnu Katsir, juz, V h. 223):
تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ
عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًاۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
Artinya: "Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi.
Kesudahan (yang baik, yakni surga) itu (disediakan) bagi orang-orang yang
bertakwa." (QS Al-Qashas; 83). Mari terus mensyukuri nikmat Allah dengan
meningkatkan kualitas ibadah, semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk dari
Allah swt. Amin ya Rabbal alamin.
Komentar
Posting Komentar