Kematian

 

Maasyiralmuslimin rahimakumullah,

Kematian selayak tamu yang pasti datang kepada setiap makhluk yang bernyawa. Tamu yang tidak pandang bulu. Tamu yang pasti datang tanpa diundang. Tamu yang akan hadir tanpa harus dipersilahkan.

Kematian selayak tamu yang bisa menghilangkan segala macam kenikmatan dan kelezatan. Tamu yang bisa mencerai-beraikan. Tamu yang bisa menjadikan anak menjadi yatim, atau istri menjadi janda atau suami menjadi duda.

Hampir setiap hari kita melihat jenazah atau mendengar berita kematian. Namun terkadang kita masih lalai. Lupa diri seakan-akan kita tidak pernah akan dihampiri oleh kematian. Merasa seakan-akan senantiasa abadi. Alangkah baiknya sejenak kita merenung mengingat kematian melalui untaian nasehat Imam Syafi’i dalam syairnya,

Berbekallah dengan takwa sesungguhnya engkau tak mengetahui … Jika malam telah gelap, apakah engkau kan tetap hidup hingga waktu fajar

Betapa banyak pemuda di sore dan siang hari ia tertawa … Sementara kain kafannya telah ditenun sedang ia tidak menyadarinya

Betapa banyak bayi yang diharapkan memiliki umur yang panjang … Ternyata jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya kubur

Betapa banyak orang-orang yang sehat, ia mati tanpa sebab … Betapa banyak orang-orang yang sakit dapat hidup hingga waktu yang Panjang

Betapa banyak pengantin yang telah dirias tuk pasangan hidupnya … Sementara arwah-arwah mereka telah ditetapkan kematiannya pada malam lailatul Qada

Jiwa menangisi dunia … Sementara ia mengetahui bahwa untuk selamat darinya adalah meninggalkan apa yang ada di dalamnya

 

Melalui bait-bait syairnya, seakan-akan Imam Syafi’i berkata kepada kita bahwa mati adalah puncak dari perjalanan manusia di dunia ini. Kematian selayak episode terakhir dari episode kehidupan sebelumnya. Apabila ia telah menghampiri, tidak ada satu pun yang sanggup mengusirnya

Maasyriral Muslimin rahimakumullah

Maka dari itu, marilah kita senantiasa mawas diri dan tidak menjadi orang-orang yang panjang angan-angan. Karena panjang angan-angan inilah salah satu sebab yang menjadikan orang lalai dari mengingat kematian dan mengingat kehidupan akhirat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fenomena seperti ini telah Allah subhanahu wata’ala ingatkan melalui firman-Nya,

 

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌ بِمَا يَعْمَلُوْنَ

 

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96)

Dan sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab Qashr al-Amal hadits nomor 49,

 

“Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa atas Anda ialah dua hal, yaitu panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya panjang angan-angan itu akan melupakan akhirat dan mengikuti hawa nafsu itu akan menghalangi dari kebenaran.” (HR. Ibnu Abi ad-Dunya No. 49)

 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Cukuplah kematian menjadi penasehat terbaik bagi diri kita, agar kita senantiasa mengambil ibrah dan pelajaran dari orang-orang yang telah mendahului kita.

Berapa banyak orang yang kita cintai telah kita kebumikan? Berapa banyak keluarga yang kita sayangi telah kita kafani?

Marilah bersama-sama kita menjaga ketaatan kepada Allah subhanahu wataala dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya! Marilah senantiasa kita jaga diri kita agar tidak terjerumus kepada hawa nafsu yang melalaikan!

Marilah bersama-sama kita kerahkan segala daya upaya untuk membekali diri demi kebaikan dunia dan akhirat kita!

Dan marilah kita kembali keharibaan Allah Ta’ala sembari menundukkan diri, menangisi dosa-dosa dan kesalahan diri dengan bertobat kepada Dzat Yang Maha Penerima Tobat.

Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga semoga Allah memudahkan kita dalam meraih husnnul khatimah di helaan terakhir nafas kehidupan. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jiw dan Ruh

Amalan Setelah Ramadan

Jadikan Diri Pribadi Taat